Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

Redenominasi Rupiah, Apa dan Mengapa?

Gambar
Bayangkan kamu sedang berbelanja di minimarket. Harga sebotol minuman tertulis 15.000. Sekarang, bayangkan harga yang sama ditulis sebagai 15. Apa yang terjadi? Uangnya hilang? Nilainya berkurang? Tidak juga! Inilah gambaran sederhana dari sebuah kebijakan moneter yang disebut redenominasi . Apa itu Redenominasi? Singkatnya, redenominasi adalah menyederhanakan denominasi (angka nominal) mata uang dengan mengurangi jumlah digit (angka nol) tanpa mengurangi nilainya . Analoginya: Kamu punya uang Rp 100.000 di dompet. Setelah redenominasi, uang itu akan ditulis sebagai Rp 100. Namun, daya belinya TETAP SAMA. Dulu Rp 100.000 bisa membeli 10 buku tulis, setelah redenominasi, Rp 100 tetap bisa membeli 10 buku tulis yang sama. Hanya angkanya saja yang dipotong. Redenominasi BUKAN Sanering! Ini adalah hal yang paling penting untuk dipahami. Banyak orang menyamakan redenominasi dengan sanering, padahal keduanya sangat berbeda. Aspek Redenominasi Sanering Nilai Uang Tidak Berubah . Daya beli ...

Sedikit Cerita. .

Pertengahan Januari, awan sore yang mulai menghitam, wujud transformasi dari kumulus menjadi kumulus nimbus . Angin yang datang sepertinya juga tidak sabaran. Mulai memasuki jendela kamar dan menerjang apa saja yang dilalui. (Menghela nafas sejenak) Jari-jari pemuda itu bergerak cepat, seperti saat seseorang sedang dikejar anjing atau bahkan hantu. Dalam benaknya sedang terjadi peristiwa besar, peristiwa yang harus segera dituliskan saat itu juga, sebelum peristiwa itu benar-benar menghilang dan takkan pernah kembali. Saat ia tak bisa lagi berpikir jernih, hanya menulislah yang dapat sedikit menyegarkannya, walaupun hanya sedikit. Sedikit. Ya, sedikit. Walaupun sebenarnya ia tidak benar-benar menulis. Ia hanya menekan-nekan kotak berisi huruf-huruf, yang kemudian muncul ke dalam layar yang ada di hadapannya. Saat semuanya berjalan sesuai ritmenya, inilah yang ia takuktkan. Perasaan yang datang entah darimana, yang mungkin sekilas tidak ada perubahan jika dilihat dari...

Setumpuk Kartu

Beku, seperti saat itu Saat mata menangkap sosok Serta sosok menatap sosok Jubah perjuangan dikemas bergambar Hiasan-hiasan bunga yang ditimpa lilin dan pewarna Sosok itu tegak, setelah terduduk diatas batu merah bertitik Membawa serta beban yang terkalung di leher Dan gravitasi menariknya merunduk Sudah berapa lama sejak saat itu? Saat mata menangkap fenomana hujan yang tiba-tiba Hujan yang tak pernah disadari oleh hadirin lainnya Keanehan yang mencuat seketika Di tengah keriuhan acara yang memekakan telinga Keringat dingin dan darah yang panas Memenuhi tubuh antara kulit dan pembuluh Tumit yang terpaku Dibongkar paksa tanpa pandang bulu Mungkin tak ada yang menyadari Karna memang tak ada yang tau Bukan karna tak ada yang peduli Namun momen terbatasi waktu Hanya saja hal itu kembali bagai dejavu Surabaya, 25 April 2014 *Peristiwa cerita (cerita yang agak gak jelas) :  Malang, September 2011 (lupa tanggalnya)*